jom zikir...

Powered By Blogger

Sunday, June 6, 2010

MUSLIMAH SOLEHAH YANG BEBAS



Saya menemui satu pengakuan tulus dan jujur lewat tulisan seorang wanita Barat bernama R. Stevenson di dalam The Toronto Star bertarikh 23 Januari 2002, berhubung etika pemakaian wanita Islam. Sebagai seorang Muslimah, saya amat terharu membaca kata-katanya itu. Menurut beliau:

“While out for dinner last week with colleagues, we sat beside three 20-something women. There was the usual posing and glances exchange, and as they paid their bill two Muslim women entered and sat nearby. Whispers were quickly exchanged and we could hear, "Why do they wear those things anyway?" ... "I feel sorry for them" ... and so on.


As they filed out of the restaurant with guests, we noticed they spotted a mixed collection of the following: skin tight pants, short skirts, exposed midriffs, push-up bras, high heels, jewelry, see-through or plunging tops, piercings, lipstick and makeup, and one had breast implants for certain.


We observed the two Muslim women as they were engaged in close conversation over coffee. Their graceful features complimented their dark headscarves and warm eyes. Their natural gestures were flirty without even trying - revealing natural beauty. And their clothes, while conservative, brought forth the hidden potential of something wonderful and truly feminine. The idea of dressing modestly terrifies some western women - but why? Perhaps it would trample their "right" to show off. Would their self-esteem fall along with their hemlines?


After some debates, we identified the cost of the western "right" to flaunt. 
The Muslim women were free from the fashion trap - free to "just be" without posing, comparing, dieting and spending for the approval of men and each other. And they looked more desirable to us than the exhibitionists who were in the restaurant and parading on the sidewalk. The sexual displays in our culture are so mainstream and competitive that modesty is seen as regressive. Yet, long term, when a man looks past the tight pants and heels, he will ultimately detect not confidence, but a certain unattractive desperation.Modest women don't have that desperation - they don't compete in the arena of vanity. They have themselves - and that's the kind of attraction with legs to last the long run.


Remember that the next time you feel sorry for a Muslim woman.”


UNTUK MUSLIMAHKU YANG DIKASIHI…
Akhirnya, wahai Muslimahku….
Insafilah, bahawa ketika ini musuh-musuh Islam begitu memerhatikan kedudukan wanita Islam dan kepada siapa dia dapat memberikan pengaruhnya. Seorang Muslimah itu, hidupnya adalah sebagai seorang ibu, sekaligus sebagai guru dan pembangun generasi yang makmur dan padu.


Justeru itu, mereka berusaha sedaya upaya untuk menghancurkan moral dan akhlak Muslimah, merentap ‘pakaian’ Deen yang benar, mengoyak ‘hayaa’ ( rasa malu ) dari menutupi tubuh badan, fikiran dan tindakan mereka sehingga kesannya nanti, moral dan akhlak anak-anak Muslim, pembangun masa depan sebagai tiang-tiang ummat, akan turut hancur dan rosak. Jika keadaan ini dibiarkan berterusan tanpa rawatan, kelak tiang ini akan hancur lunyai bak dimakan anai-anai. Hilanglah kekuatan Ummah. Generasi pewaris semakin lemah, maka apa yang akan terjadi pada masa depan umat Islam ? Mungkinkah hanya tinggal sejarah ?


Tidakkah sebak di hati kita membayangkan ummat Islam di zaman Rasul dan salafussoleh, mereka cemerlang dan tinggi di mata dunia kerana meletakkan kebenaran menguasai hawa nafsu. Berbanding kita hari ini…semakin lemah dan diperlekeh kerana nafsu merajai kebenaran sehingga sanggup mengenepikan wahyu dan aturan Tuhan.


Oleh itu, marilah kita bersama-sama, dalam menghadapi situasi yang gawat dan kritis ini, untuk kembali kepada kehendak Allah SWT yang menginginkan agar manusia berusaha mengendalikan hawa nafsu berwahanakan ilmu. Ilmu yang yang diwariskan oleh Junjungan kita, Nabi Muhammad SAW kepada para sahabat, tabi’in, tabi’ al-tabi’in, dan para ulama yang sentiasa prihatin dengan ajaran dan sunnah Rasul-Nya.


Muslimah tercinta…
Kata-kata saya ini bukan baru, namun ia adalah peringatan untuk kita semua. Semoga Allah SWT mengurniakan manfaat yang ada padanya dan mengalirkan kesannya pada hati dan jiwa kita dengan kedamaian, ketenangan dan kebahagiaan.


Ketahuilah, kita kini umpama berdiri di satu pelabuhan kehidupan, sedang menunggu kapal yang akan membawa kita ke destinasi terakhir di sebuah dataran besar, iaitu akhirat yang lebih kekal. Tingkatkan ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya dan carilah apa yang menyenangkan Allah bagi memungkinkan kita meraih komoditi yang tidak terbanding nilaiannya..


Bahawa kita semua punya harapan untuk Al- Jannah. Syurga yang tersedia untuk golongan yang benar-benar beriman dan bertaqwa kepada Allah.


Persoalannya : Layakkah kita ? Renungilah bicara puitis ini....




Mencari dan terus mencari cinta Ilahi.


Jumpa lagi, InsyaAllah.

No comments:

Post a Comment